![]() |
foto by yuliafedorovski |
Jejak ini kami temukan dalam kondisi baru di Gunung Slamet (3.428 mdpl), jalur Kaliwadas. Ia berjalan lurus menuju sungai, sementara kami berbelok ke punggungan sebelah kiri. Tidak dipungkiri, di gunung ini masih terdapat populasi "kucing besar" semacam macan kumbang. Tiap bermalam di jalur Baturraden saya mendengar suaranya tengah malam di kejauhan. Awalnya saya tidak tahu itu suara apa, setelah mendeskripsikannya pada senior saya itu katanya suara macan. Tenang, ujarnya, macan kumbang tidak akan ganggu, dia makhluk nokturnal solitaire yang pemalu.
Kemudian saat saya melakukan solo hiking ke Slamet via Bambangan, saya camp di luar bedeng. Kebetulan bedeng penuh dipakai oleh camp pedagang dan satu tenda pendaki. Selepas Isya tiba2 terdengar keributan di dalam bedeng. Orang-orang ramai berteriak dan memukul-mukul seng bedeng. Saya yang waktu itu cuma sendirian di tenda bertanya pada penghuni tenda sebelah yang juga sibuk berteriak2. Ada apa? Macan kumbang! Macan kumbang! Aku pun kembali menutup pintu tenda & bergulung dalam sleeping bag. Menurut informasi, Si Cantik hitam eksotis ini sering terlihat melintas untuk berburu babi hutan/celeng. Celeng juga tak kalah agresif 'menyatroni' camp.
Mencari makan, hingga merusak tenda dan carrier pendaki. Bukan merusak sebenarnya, mereka hanya mencari makan. Kita sebenarnya tamu mereka di sana. Seyogyanya kita sebagai makhluk yang lebih berakal sempurna daripada mereka berbuat santun dan bijak di tengah mereka, misal dengan tidak membuang sampah/sisa2 makanan sembarangan.
Tumpukan2 sampah itulah yang menjadi salah satu pengundang mereka sehingga pada akhirnya kita 'merasa dirugikan'. Bukankah sebenarnya itu bumerang? Semoga mereka tetap lestari (di tengah lonjakan penikmat alam yang kian hari kian pesat, termasuk saya di dalamnya).
red. yuliafedorovski
Tidak ada komentar:
Posting Komentar